MAKALAH
ARSITEKTUR VERNAKULER
NAMA
: NASRUL
NPM :
14331005
FAKULTAS
TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS
BANDAR LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian kebudayan vernakuler dan arsiekur vernakuler
Secara
etimologi kata Verna berasal dari
bahasa lain yang artinya home born slave
(nuttgen, 1993). Kata Vernakuler juga berasal dari Vernaculus (latin) berarti asli (Naive) dalam ilmu bahasa atau
linguistik bahasa Vernakuler mengacu pada penggunaan bahasa untuk waktu, tempa
atau kelompok lokal tertenu.
Gambar.Lumbung
dalam kebudayaan
berlaku ditempat terentu/ lokal tidak meniru dari tempa
lain. Dengan demikian kebudayaan Vernakuler dapat diarkan sebagai kebudayaan
yang asli yang dimiliki oleh suau masyaraka. Yang tumbuh dari kondisi lokal serta
masih bersifa sederhana (Hamble)
merujuk pada karya manusia/ penduduk biasa (under
priviledged common people) dianut secara berkesinambungan beberapa generasi
yang mencakup arstiekur.
B. Devinisi Arsiekur Vernakuler Menurut Para Ahli
a. Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari
arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi
etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan
selalu membuka untuk terjadinya transformasi. (Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture)
b. Sebagai produk budaya, arsitektur dipengaruhi oleh faktor lingkungan:
geografis, geologis, iklim, suhu; faktor teknologi : pengelolaan sumber daya,
ketrampilan teknis bangunan; faktor budaya : falsafah, persepsi, religi,
struktur social dan keluarga, dan ekonomi. (menurut
Altman dalam buku Environtment and culture)
c. Arsitektur vernakular
adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur
lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di
tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi.
Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya
akan mengakar. Latar belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak
pulau menyebabkan perbedaan budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan
salah satu parameter kebudayaan yang ada di indonesia karena biasanya
arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.
C. Pembagian Arsiekur Vernakuler Berdasarkan tradisi Cara Membangunnya
Berdasar tradisi cara membangunnya, vernacular dibagi menjadi bangunan
menjadi grand-tradition dan folk-tradition. Pada klasifikasi folk-tradition ia
menempatkan dua kelompok: kelompok arsitektur primitif dan arsitektur
vernakular. Rapoport kemudian mengidentifikasi lanjut bahwa jenis arsitektur
vernakular yang ada dapat dipisahkan sebagai vernakular-tradisional dan
vernakular-modern. Terjadinya bentuk-bentuk atau model vernakular disebabkan
oleh enam faktor yang dikenal sebagai modifying
factor diantaranya adalah:
a.
Faktor Bahan
b.
Metode Konstruksi
c.
Faktor Teknologi
d.
Faktor Iklim.
e.
Pemilihan Lahan
f.
Faktor sosial-budaya
(menurut Amos Rapoport dalam
buku House Form and Culture)
Arsitektur vernakular adalah suatu karya arsitektur yang tumbuh dari
arsitektur rakyat dengan segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau
memanfaatkan potensi-potensi lokal. Misalnya material,teknologi, pengetahuan,
dsb. Dikarenakan arsitektur vernakular sangat mengoptimalkan potensi atau
budaya lokal, maka suatu bangunan yang berkonsep vernakular sangat
mempertimbangkan kelestarian lingkungan sehingga juga bersifat sustainable architecture. Arsitektur
vernakular ditemukan secara trial and
error oleh rakyat itu sendiri. Arsitektur vernakular selalu berkaitan atau
bahkan diidentikkan dengan arsitektur tradisional. Walaupun sering
dikait-kaitkan tetap ada perbedaan antara kedua gaya tersebut.
D. Perbedaan Arsitekur Vernakuler Dan Traadisional
Perbedaan antar arsitektur vernakular dengan arsitektur tradisional yaitu
:
a.
Arsitektur vernakular pada
cara –cara mendesain dan mendirikan bangunan dilakukan dengan efektif dan
efisien ditemukan melalui sistem trial and error.
b.
Arsitektur tradisional
adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan
sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan pada bangunan
tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Arsitektur Vernakular
Di Indonesia,
berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia
dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal
ini terutama dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal
muasal dari tradisi arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia
kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam
Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat selakukan
migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai
dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir
di seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan
arsitektur vernakular memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta
dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan
fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam,
yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi
arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas
tiang fondasi kayu, dapat ditanam ke dalam tanah atau
diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap
miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong
mencuat keluar . Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe
rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur
vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk
lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau
struktur atap berbentuk kubah elips.
Rumah tradisional di
seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang berstruktur
atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti
bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari
lingkungan alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau
masyarakat yang kadang dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk
pengawas bangunan yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi
fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan
ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana ukuran
dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari pemiliknya
didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam nenek
moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan upacara untuk menghormati
mereka, dan juga digunakan saebgai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek
moyang. Ciri penting umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi
polar dalam ruang, seperti depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan,
serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai
kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.
B.
Produk Vernakuler
1.
Tingngkat spesifikasi budaya /
tempat
2.
Model denah morfologi bentuk
transisi sangat jelas
3.
Kualitas bentuk dan penggunaan
material tertentu
4.
Responsive terhadap iklim
5.
Efisien terhadappenggunaan
sumberdaya
6.
Kejelasn dan mudak dimengerti
dari model bententuk bangunan
7.
Kondisi terbuka terhadap
penambahan atau perrumahan bentuk bangunan
8.
Keseimbangan yang stabil
9.
Kompleks terhadap perubahan
waktu
10.
Terbuka terhadapaktifitas tipe
jumlah dan pemakaian beragam
11.
Sangat responsive terhadap
lingkungan
12.
Efektifsebagai bagian gaya
hidup dan aktifitas
13.
Mampu berkomunitas terhadap
pengguna
14.
Maunsia menjadi figur yang
paling penting
C. Proses Vernakuler
1.
Identitas perancang adalah user
2.
Maksud dan tujuan adalah untuk social berupa identitas
dan status
3.
Derajat anonimitasi tinggi
4.
Model yang
berfariasi
5.
Keberadaan model tungga pada lingkungan vernakuler
sangat tinggi
6.
Pengaruh linglungan sangat besar dalam perancagan
bangunan
7.
Konsistensi terhadap model bangunan
8.
Model yang dipilih sangat spesifik
9.
Bentuk bangunan sesuai dengan lingkungan sekitaringkat
kesadaran diri atau ketidak sadaran dari proses disain
10. Tingkat
keseragaman dan sifat dasar dari hubungan antar lingkungan da
kultursangattinggi
11. Ketidak sadaran dari proses disain
12. Bentuk
perubahan desain berlangsung daam kurun waktu yang lama
13. Tingkat
pembagian kontruksi telah teruji
D. Peran dan Fungsi Arsitektur Vernakular
Di dalam konteks
arsitektur, peran dan fungsi arsitektur vernakular menjadi penting bukan hanya
di Indonesia saja tetapi juga di Asia, karena Asia terdiri dari berbagai macam
budaya dan adat yang berlainan di berbagai wilayahnnya, dimana setiap wilayah memiliki
ciri arsitektur yang spesifik dan berasal dari tradisi. Antara tradisi dan
arsitektur vernakular sangat erat hubungannya. Tradisi memberikan suatu jaminan
untuk melanjutkan kontinuitas akan tatanan sebuah arsitektur melalui sistem
persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami sebagai suatu warisan yang
akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan. Misalnya
bagaimana adaptasi masyarakat lokal terhadap alam, yang memunculkan berbagai
cara untuk menanggulangi, misalnya iklim dengan cara membuat suatu tempat
bernaung untuk menghadapi iklim dan menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar
dan dengan memperhatikan potensi lokal seperti potensi udara, tanaman, material
alam dan sebagainya, maka akan terciptalah suatu bangunan arsitektur rakyat
yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna. Kesederhanaan inilah yang
merupakan nilai lebih sehingga tercipta bentuk khas dari arsitektur vernakular
dan tradisional serta menunjukkan bagaimana menggunakan material secara wajar
dan tidak berlebihan. Hasil karya ‘rakyat’ ini merefleksikan akan suatu
masyarakat yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan
bijaksana.
E. Karakerisik Bangunan Vernakuler
Beberapa
karakteristik bangunan vernakuler antara lain adalah:
a.
Arsitektur vernakuler mencangkup rumah tinggal dan
bangunan lainnya yang berkaitan dengan konteks lingkungan dan sumber daya setempat (lokal), individu atau
masyarakat setempat yang memilikinya mencangkup (Brunskill, 1993):
1.
Rumah tinggal
2.
Rumah petani dilahan pertanian
3.
Banguna untuk menyimpan hasil pertanian atau ternak
4.
Kincir air
5.
Banguna tempat bekerja pengrajin
6.
Lumbung
7.
Balai adat
b.
Bentuk arsitektur yang dibangun untuk memenuhi
kebutuhan dasar suatu komunitas masyarakat, nilai-nilai, ekonomi, cara pandang
hidup suatu masyarakat tertentu. Aspek fungsi sangat dominan namun dibangun
untuk tidak mengedepankan estetika atau hal-hal yang bersifat gaya/langgam,
jika pun ada sangat sedikit sekali perannya. Hal ini berbeda dengan arsitektur
elite, yang dicirikan oleh unsur-unsur gaya desain sengaja disirikan untuk
tujuan estetika yang melampaui kebutukan fungsional suatu bangunan (wikipedia,
ensklopedia bebas) (Oliver, 1993)
c.
Arsitektur tanpa dirancangbangun oleh pengrajin (Craftsman), tanpa peran seorang arsitek
profesional (architecture without
architects), dengan teknik dan material lokal, lingkungan lokal: iklim,
tradisi, ekonomi (Rudofsky, 1965), (Jackson, 1984).
d.
Bentuk bangunan vernakuler bersifat kasar, asli,
lokal, jarang menerima inovasi dari luar, karena didasarkan pada kebutuhan
manusi (human demand) dan
ketersediaan material bangunan setempat. Sehingga fisik dan kualitas estetika,
bentuk dan struktur, serta tipologi bangunanya dipengaruhi oleh kondisi
geografi setempat (Masner, 1993).
e.
Banunan vernakuler bersifat abadi (timeless) yaitu memiliki keberlakuan
yang panjang konstan/terus menerus, yang diperoleh dari reaksi naluri /spontan/
tidak sadar diri terhadap kondisi ingkungan alam setempat (Jackson, 1984).
f.
Arsitektur vernakuler merupakan produk pertukangan secara
manual dalam membangun yang didasarkan pada
logika sederhana, diulang dalam jumlah yang terbatas sebaai adaptasi terhadaop
iklim, bahan da adat istiadat setempat.
g.
Pola transfer pengetahuan dilakukan secara verbal (tidak
tertulis) dari generasi kegenerasi berikutnya individu-individu dibimbing oleh
suatu rangkaian konvensi (atuean tidak tertulis) yang dibangun dalam lokalisasinya
(Paul Oliver, Ensiklopedia Arsitektur Vernakuler).
F. Ciri-Ciri Arsitektur Vernakuler
Adapun ciri-ciri arsitektur vernakuker yaitu:
a. Bangunan yang dibangun berdasarkan kebiasaan dari
masayarakat setempat.
b. Menggunakan bahan yang alami (lokal) dan memiliki
teknik struktur yang sederhana, cara pengerjaannya oleh penduduk lokal.
c. Merupakan hasil kebudayaan masyarakat (Human Demand) dan bukan merupakan
rancangan seorang asrsitek
d. Bangunan yang dibanguun berdasarkan obyek dari
masyarakat setempat.
e. Adanya karakter lokal yang responsif terhadap
lingkungan
f. Merupakan respon yang efektif terhadap fungsi
lingkungan yang alami dan lingkungan sosial.
g. Adanya repetisi atau pengulangan bentuk dan
bangunannya cenderung sama dengan yang lain
G. Perbedaan Asrtektur Vernakuler Dengan Arsitektur Tradisional
Pengertian arsitektur
vernakuler sering juga disamakan dengan asitektur Tradisional, namun ada
sedikit perbedaan, namun tidak terlalu mencolok sehingga dua pengertian
tersebut serupa, namun tidak sama. Pada prinsipnya terminologi
tradisional diarikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Namun arsitektur tradisional dapat
juga mencangkup bagunan yang rancangan banguna kelompok elite (polite design)
dalam suatu masyarakat, contohnya kuil dan istana, candi,
piramid pagoda. Arsitektur Vernakuler merujuk pada konteks “setempat” (lokal)
sedangkan bangunan trasidional selain unsur lokal juga terdapat unsur elite
dicirikan oleh unsur-unsur langgam ( gaya) yang sengajan dimsukkan oleh seorang
arsitek profesional untuk tujuan estetika yang melampaui kebutuhan fungsional
sebuah bangunan. Tradisional dapat diartikan sebagai berikut:
a.
Tradisi berasal dari kata Tradition (Latin,”tradere”)
yang berarti melimpahkan ke pelanjut
sesuatu yang bernilai.
b.
Pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat,
buidaya yang turun temurun
dari generasi ke generasi (Josep Prikotomp).
c.
Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil
seni budaya yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan
masyarakat tradisional yang mampu meberikan ikatan lahir batin (Ismunandar).
d.
Terminologi belanda “Tradisionell Architectuur”, diberikan
untuk karya-karya arsitektur asli di daerah indonesia untuk mebedakan jenis
arsitektur yang timbul dan berkembang diuku-suku bnagsa di indonesia dengan
jensis arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasr pemikiran arsitektur
dieropa-belanda.
Karakteristik
sebgbuah bangangunan atau karya arsitektur vernakuler menurut Rapoport adalah:
a.
Tingkat/ derajat kespesifikan budaya atau tempat
b.
Model, denah, morfologi dan pesifikasi bangunan
gubungan antar elemen serta kompleksitas banunan berdasarkan tempat dimana
sebuah bangunan-resebut.
c.
Kejelasan, kebenaran, dan kemudahan dimengerti
dari model yang dipakai
d.
Komplesitas berdasarkan waktu kondisi yang
bersifat Open-ended yang memungkinkan proses tradisi (transformasi) berdasarkan
aktifitas pemakai yang bersifat majemuk serta penambahan akan tipe sera jumlah
dari bangunan vernakuler tersebut.
H. Aspek-aspek Arsitektur Vernakuler
Aspek aspek yang
perlu diperhatikan dalan asritektur vernakuler adalah:
a. Aspek Perkembangan Bangunan
Dalam hal aspek perekembangan,
Amoss rapoport membagi perkembangan
terbentuknya pola kebudayaan dan arsitektur adalah:
1.
Tahap awal yaitu tidak adanya
variasi dalam tipe bentuk bangunan adalah tunggaal/ seragam/ similar karena pengetahuan
membangun rumah adalah pengetahuan umum (Common
sense). Pada tahap ini sudah ada kesepakatan –kesepakatan umum tentang bentuk
adaptasi terhadaap iklim, kesepakatan ini menjadi pengetahuan bersama dan
membentuk pola kebudayaan yang spesifik pada masing-masing komunitas budaya
masyarakata.
2.
Tahap berkembang yaitu pola
kebudaayaan menjadi semakin rumit karena tiap individu muncul keinginan untuk
tampil berbeda dari individu lain dan juga menjadi spesifikasi dalam kemampuan
masing-masing individu.
3.
Tahap maju yaitu perkembangan
teknologi dan kebutuhan yang semakin beragam membuat masing masing individu
tidak lagi memiliki kemampuan untuk membangun shelter sendiri namun terdapat spesifikasi professi, Khususnya dalam rancang bangun.
Dengan demikian arsitektur vernakuler merupakan bagin dari tahap awal
pekembagan arsitektur dalam lingkungan komunitas masyaarakat yang terbatas.
b. Aspek Trilogi Hubungan Manusia-Lingkungan Fisik – Budaya
Arsitektur vernakuler merupakan representasi triologi hubungan
manusia-lingkungan fisik – budaya yang menunjukkaan hubungan
yang kuat antar manusiaa, lingkungaan dan kebudayaaan. Lebih blanjut teor ‘Sociall sytem Approch’ menunjukkan
secara rinci hubuangn manusia, lingkuangan dan kebudayaan sebagai suatu sistem
yang terpadu., khususnya dalam arsitektur vernakuler, seperti diagram dibawah
masing-masing berkaitan satu sama lain sebagai implementasi keterkaitan tiga
wujud kebdayaan, fisik, social dan ide-ide .
KEBUDAYAAN
(Culture)
|
LINGKUNGAAN FISIK
(Physical Environmment)
|
MASYAARAKAAT
(Peoplel)
|
Diagram.
Sociall Sytem Approch
Penjabaran Social sytem Approch adalah berupa
kerangkaa kerja hubungan lingkungan budaya sepeti yang ditunjukkaan diaagraam
dibawah ini.
NATURAL ENVIRONMENT
Lingkungan Alam
|
ENVIRONMENT ORIENT AND WORLD VIEW
Orientasi
lingkungaan dan pandaangaan dunia
|
ENVIRONMENT
OUTCOMES
Produksi ligkungan
|
ENVIRONMENT
COGNITIONS
Kognisi lingkungaan
|
ENVIRONMENT
BEHAAVIOUR AND PROCESS
Perilaku lingkungan dan proses
|
Diagaram. Interaksi berbagai lingkungan
Pendekatan sisitem social
tersebut mencangkup:
1.
Natural environment (lingkungan alam) mencangkup
topografi, iklim, flora dan fauna.
2.
Environment orient and world view, mencangkup kosmologi, religi
dan normaa-norma yang berlaku dimasyarakat.
3.
Environment beaviour and process, mencangkup pemenuhan kebutuhan dasar, privasi dan territorial
4.
Environment outcomes, mencangkup peraturan
bangnan, bentuk dan kota.
5.
Environment cognitions, mencagkup presepsi
npencataataan (coding), meningkat
(memori) dan penilaian (judgment).
Environment behafiour and process (proses perilaku lingkngan) dipengaruhi oleh
4 lingkungaan lainnya (natural, orientasi dan world view kognisi outcomes).
Sehinga dalam arsitektur vernakuler lingkungan dan perilaku lingkungan baik
lingkungan alam maupun lingkungan binan sangat erat hubungannya. Dalam hal ini
arsiektur vernakuler yang berwawasaan lingkungan sehingga menganut sistem yang
berkelanjutan mencangkup:
1.
Kehati-hatian terhadap
penggnaan sumber daya alam
2.
Pemelihraan teknolog engergi
yang tepat
3.
Pertimbangan terhadap akibat/
dampak terhap orang/ komunitaas lain
4.
Pertimbangan ekonomi yang
berkelanjutan
5.
Keharusan untuk dapat diperbaharui
6.
Memiliki kebijakan
tradisional, yaitu mana yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun.
c. Aspek Iklim
Salah satu yang paling
berpengaruh terhdap arsitektur vernakler adalah
aspek iklim makro dari daerah dimana bangunan tersebut dibangun. Bangunan
daerah yang beriklim dingin selalu memiliki massa bangunan dengan dinding yang
masif, diisolasi untuk mencegah kehilangan panaas, bukaaan seperti jendela
cenderung kecil bahkan tidak memiliki jendela. Sebaliknya bangnan yang beraa di
iklim panas cenderng terbuat dari bahan ringan ventilasi silang yang signifikan
memalui bukaan pada klit (enclosure)
bangunan. Sebagai contoh bangunan
beriklim subtrois harus mampu mengatasi varisssi yang signifikan dalam temperatur,
dan bahkan bisa dibah oleh penghni mereka menurut msim. Bangunan mengambil
bentuk yang berbeda tergantung pad tinkat curah hujan. Menuju kermah-rumah
panggu di berbagai daerah dengan banjir yang
sering daan musim hujan monsu. Flat atap jarang terjadi didaeraah dengan
tingkat curah hujan tinggi. Daerah dengan kecepatan angin yang tinggi akan
mengaakibatkan bangunan khusus mampu mengatasi dan bnagunan akan berorientasi
kearah angin yang berlaku. Pengaruh iklim terhadap arsitektur vernakuler sangat
besar daan bisa sangat kompleks vernakuler Bediterania, juga sebgaian besar
timur tengah,
Bangunanya erring kali
memiliki sebua halaman dengan air mancur aatau kolam, udara didinginkan dengan
kabut ar daan penguapan diambil melaluai bangunan oleh vetilasi alami dibentuk
oleh bentuk bangunan. Demikian pula afrika utara yang seringkali memiliki
rentang termal yang sangat tinggi antara sing malam sehingga jendela kecil
untuk menjaga penghuni dari udara dingin di malam hari. Juga cerobng untuk
menarik udara ruang internal ke luar ruangaan. Keunikan arsitektur vernakuler
tidak dirancang tetapi dipelajari melaalui uji cobaa (Trial and error) selama beberapa generassi taanpa didaasari oleh
teori-teori ilmiah.
d. Aspek Sosial Budaya
Aaspek sosil budaya adalah
cara hidup penghuni dan penggunaan bangunaan berpengaruh besar pada bentuk
bangunan. Ukuraan keluarga unit, saham yang ruang, bagaimana makanan disiapkan
daan dimakan, bagaimana oraang orang berinteraksi aan banyaak pertimbangaan
budaya lainnya aakan mempengaruhi tata letaak dan ukuraan tempat tinggal.
Budaya juga memiliki pengaruh besar paada penampilan banguan vernakuler sebaga
penghuni sering menghiassi bangunan sesua kebiasaan daan kepercaayaan setempat.
Haal ini merupakan representaasi kebudayaan masyarakat vernakler sehingga
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya, factor-faktor social
budaya tersebut yaitu:
1.
Kebuthan dasar kehidupaan;
kebtuhan prinsip, keluargaa, posisi wanitaa privasi dan interakksi sosial.
2.
Kosmologi yaitu penerapan
konsep interaksi makrokosmos daan mikrokosmos dalam haal ini ligkungan binaan
khususnya bnaguna represenasi permodelan jagat raya. Makrokosmos juga mencangku
kepercayaan ata keyakinan yang dianut oleh masyarakat.. mikrokosmos adalah
bentuk bangunan dan tapak bangunan yang mencaangkup layout, pemukima, orienasi,
tataletak dennah, pemishaan antara laki laki dan perempuan, binatang dan
mmanusia. Orientasi pada aaspeek penghawaan daan higene masih relaatif rendah.
3.
Peraturaan, normaa dan adat
istiadat masyarakat, namun tradisi saangaat
dominan
4.
Aspek mistik atau kepercayaan
5.
Struktur masyarakatnya
berkaitan erat dengan ragam masyarakatanyaa, contohnya pertaiaann, nelayan dan
lain-lain
6.
Konteksrumah dengan pemukiman
yaitu rumah tingga bagian yang tidaak terpisahkaan dengan lingkungan yang lebih
luaas ,issaalnya desaa.
7.
Kestaabilaan bentuk fisik
bangunan drealam rentang aktu yang lama
serta cendeung menolak perubahaan sebagaai reperesentaasi kebudaayaan
masyaarakaat vernakuler yang menukai
stabilitas (Amos Rapoport).
e. Aspek Simbol (Makna)
Kata simbol berasal dari bahasa yunani yaitu Symbolos
yang berarti tanda atau ciri yang memberikan suatu hal kepada seseorang.
Menurut Charles S.Pierce terdapat beberapa jenis tanda seperti indeks, ikon dan
simbol yang merupakan patokan ilmu semiotik. Tanda adalah suatu yang dapat
mewakili atau menyatakan sesuatu yang lain yang akan merangsang tanggapan dari
pembaca tanda sehingga tanda tersebut dapa digunakan terus menerus pada objek
tertentu.
Simbol
merupakan hasil kesepakatan (konvensi)n terdapat arti dan perlakuan sebuah
tanda. Sedangkan syarat atau sinyal adalah indeks buatan yang memberikan
petunjuk untuk yang dimksudjan. Tada digunakan untuk menjalin komunikasi antara
sipenerima dan pengirim kabar. Menurut doede Nauta setiap tada menentukan isi
komunikasi antara manusia berdasarkan konvensi adalah simbol.
Imbol adalah tanda yang diwujudkan sebagai bentuuk
visual bagi seuatu makna terbentuk yang besifat abstrak namun komunikatif bagi
masyarakat tertentu. Pengetahuan mengenai sistem budaya yang berlaku dalam
masyarakat tradisional berkaitan dengan mitos, spritual religi, pandangan
hidup dan kepercayan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, diekpresikan menggunakan simbol-simbpl kehidupan.
Pada umumnya knsep arsitektur verbakuler menempatkan unsur alam (kosmos) sebagai kosep dasar. Refleksi kebuatan di luar
manusia diwujudkan dalam berbagai hal seperti wujud bangunan penetaan kawasan
maupun penggunaan elemen dekorasi. Bentuk
dan gaya arsitektur dbeberap suku merefleksikan fenomena alam kosmos.
Salahsatunya simbol atap yang merupakan menyampaian identitas diri darai suatu
komunitas masyarakat mencangkup sistem ekonomi, sosial, agama dan sejarah.
f. Aspek Metode Membangun
Aspelk metode membangun encangkup :
a.
Teknologi membangun sederhana menggunakan bahan lokal
yang tersedia di alam. Sehingga bentang ruangan yang relatif terbatas
b.
Perhatian terhadap iklim sangat besar dengan upaya
ketahanan bahan banguanan dengan periode wajtu yang oanjang. Contohnya
penerapan kanopi yang lebar diatas jedela dan kayu dilapisi bahan tertentu gara
dapat tahan terhadap cuaca yang ektrim.
c.
Murah dan mudahnya bahan bagunan dan metod membnaguan
pada arsitektur vernakuler mengakibatkan masyarakat mampu memiliki tempat
tinggal. Hal in dikarenakan Kegiatan membanguan dilakukan bergotong royong (Coperative) kemudahan pengangkutan (Portability), metode pabrikasi komponen
bangunan. Bahan dan alat minimum dengan manfaat yang sebesarnya.
d.
Kegitan dan teknik membangun berkaitan erat dengan
aspek mistis , upacara-uoacara yang berkaitan dengan proses membangun.
I. Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia
Masyarakat yang
mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang bila
dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan
tradisional yang dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap
memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural dan ragam
bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di Candi Borobudur di
Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan di
pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi
selatan dan masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai
bentuk rumah tradisional yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari
nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan
Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali, dan masyarakat
Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia
Timur juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional
mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi
arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari
ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa. Oleh karena itu, ada beberapa kategori
tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan Indonesia, yaitu:
a.
Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi
kuno Austronesia
Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan
contoh rumah yang mempunyai karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur
vernakular yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di
berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan rumah
Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya tampak
bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur vernakuler
kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langgam
bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Belanda.